Hijauku menjadi Coklat
Tuhan menciptakan alam untuk kita umat manusia, untuk dipergunakan seperlunya namun harus dijaga kelestariannya, kita di larang untuk berbuat kerusakan dimuka bumi, baik itu kerusakan harfiah maupun kerusakan lahiriah, namun keserakahan selalu menutup mata dan telingan manusia. Tidak sedikit hutan dan pegunungan yang dulunya hijau, bersih serta begitu nyaman untuk dilihat sekarang berubah menjadi lubang-lubang raksasa, coklat serta begitu ngeri untuk dilihat. Dengan alasan ekonomi hal-hal tersebut terjadi, hutan yang gundul akibat penebangan, lubang-lubang yang menganga bekas pertambangan, semua dilakukan tanpa adanya niat untuk mereklamasi kerusakan-kerusakan yang dibuat, ibarat pribahasa “Habis manis sepah dibiarkan menganga”.
Emas-emas hitam, serta hasil tambang lainnya telah banyak keluar dari perut bumi Kalimantan Selatan, namun masih banyak masyarakat kalimantan selatan yang berada dibawah garis kemiskinan, dengan dalih untuk memajukan perekonomian masyarakat dan memakmurkan bumi Kalimantan, maka ijin-ijin HPH dan ijin pertambangan dikeluarkan, namun dalih tersebut hanyalah isapan jempol belaka.
Pegunungan Meratus yang membentang dari selatan hingga utara di propinsi Kalimantan selatan sekarang tidaklah se-Hijua dulu, sekarang hanya tinggal beberapa saja kawasan di pegunungan meratus yang hutannya benar-benar masih perawan, itupun beberapa tahun kemudian akankan masih seperti itu mengingat kandungan nilai ekonomi dikawasan tersebut sangatlah tinggi. Teriakan-teriakan kawan-kawan permerhati lingkungan dan kawan-kawan pencinta alam bagi pemerintah hanyalah sebuah angin lewat, yang tidak perlu ditanggapi dan hanya perlu dijawab “Siapa sih you…!!!!”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Liputan yang menarik ... sangat buruk keadaannya, lalu kemana hasil tambangnya ... karena Kalsel masih ada bayi gizi buruk atau gedung sekolah dasar yang banyak rusak. Menyedihkan ...
BalasHapusOh ya ... saya copy foto tambangnya ... terima kasih.