PERBURUAN PUNCAK MAHAMERU

MENDAKI tengah malam pada medan berpasir menjadi pengalaman tersendiri, sepatu lapangan terbenam kedalam jalan pasir membuat langkah kaki semakin berat. Udara malam yang dingin membuat pendaki tidak sanggup untuk beristirahat lama-lama, karena tubuh yang tidak bergerak lebih cepat terasa lebih berat…”
PADA september 2010 kemarin, aku melaksanakan kegiatan Ekspedisi Pendakian dan Pendataan 4 Puncak Tertinggi Pulau Jawa. Gunung yang dituju adalah Gunung Ciremai (3.078 Mdpl), Merbabu (3.145 Mdpl), Lawu (3.265 Mdpl) dan Semeru (3.676 Mdpl).

aku didampingi tiga orang teman dari Jakarta sebagai pengiring. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari tour memburu puncak gunung di jawa.

Untuk pelaksanakan ekspedisi ini, tim ekspedisi telah melaksanakan berbagai persiapan sejak seminggu sebelumnya yang meliputi latihan fisik, perizinan, pendanaan serta melakukan simulasi ke Gunung Marapi dan kawasan perbukitan Limau Manis. Dalam simulasi tersebut, kami mempraktekkan ilmu-ilmu kepecintaalaman seperti Navigasi Darat, Botani & Zoologi, Ilmu Penafsiran, Manajemen Perjalanan dan sebagainya.

Pada pelaksanaan ekspedisi, mereka mengumpulkan data-data mengenai topografi, iklim, vegetasi, sosial budaya, Konservasi Sumberdaya Alam (KSDA) dan lainnya. Dengan demikian, kami semakin menguasai dan mahir dalam mempraktekkan ilmu-ilmu yang mereka dapatkan dalam proses keanggotaan sebelumnya.

Berikut ini: catatan perjalanan mereka ke Gunung Semeru

Gunung ini termasuk dalam kawasan suaka alam Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru. Pada kutipan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Pasal 19 Ayat 5 menyebutkan bahwa setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap kawasan suaka alam.

Sebagai puncak tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Semeru ini telah dijadikan target atau tujuan yang harus dicapai oleh para penggiat alam bebas. Puncaknya disebut-sebut sebagai salah satu pilar yang ikut “menyangga langit” Indonesia. Rasanya akan terasa kurang jika tempat dengan predikat puncak tertinggi di Pulau Jawa ini tidak terkunjungi.

Sebelum sampai di puncak Gunung Semeru, akan dijumpai sebuah danau yang cukup luas bernama Ranu Kumbolo. Di sekitar danau ini, terdapat padang rumput savana yang cukup luas. Biasanya para pendaki menggunakan lokasi ini sebagai tempat camp pada hari pertama.

Setelah dari Ranu Kumbolo, perjalanan dilanjutkan dengan menaiki sebuah bukit yang akan melewati Tanjakan Cinta. Sesuai dengan namanya, tanjakan ini memang kerap untuk mempertemukan sepasang manusia untuk menjalin cinta. Karena apa? Karena Tanjakan Cinta ini merupakan tanjakan yang landai namun cukup panjang yang mengandung pasir dan debu dan ini terbukti sama seperti yang saya rasakan. Lebih kurang 2 jam waktu yang dibutuhkan untuk bisa sampai di puncak bukit ini. Dengan kondisi demikian, tentu saja para jomblo akan segera memasang niat agar lawan jenisnya tertarik saat menaiki tanjakan ini. Inilah salah satu daya tarik tersendiri dari Gunung Semeru. Buktiin aja sendiri…

Panjang jalur pada pendakian gunung ini ± 17 km. Sebaiknya membawa peralatan tambahan seperti masker dan kaca mata. Kedua peralatan tersebut berguna sekali dalam perjalanan, karena jalan dan pohon sekitar yang dilewati tertutup abu vulkanik yang hampir setiap saat dilontarkan oleh kawah Semeru. Bunga Edelweis sudah bisa ditemui di sepanjang jalur pendakian mulai dari Ranu Kumbolo.

Camp hari kedua, tersedia dua lokasi yang bisa dipilih para pengunjung. Lokasi pertama bernama Kalimati berupa padang savana yang cukup luas serta dikelilingi Edelweis yang tumbuh berkelompok. Pada lokasi ini, terdapat sumber air terakhir. Tempat camp kedua bernama Arcopodo. Sekitar 10 menit perjalanan dari Kalimati. Kawasan ini ditumbuhi hutan cemara yang cukup rapat dan medannya berupa tanjakan. Tenda didirikan di sepanjang kiri kanan jalur dan berakhir pada cadas Semeru.

Memasuki cadas Semeru, kita akan langsung berhadapan dengan tanjakan terbuka yang cukup panjang, berbeda dengan Arcopodo yang masih ditutupi hutan cemara. Pada cadas ini hanya terdapat satu batang pohon Cemara yang sering disebut sebagai Cemoro Tunggal. Pohon ini sekaligus berfungsi sebagai patokan jalur, karena tumbuhnya sejajar dengan jalur pendakian, terutama jika dilihat dari puncak Semeru (Mahameru). Masker dan gaiter menjadi salah satu perlengkapan yang harus digunakan oleh pendaki di jalur ini.

Puncak Mahameru dengan ketinggian 3676 mdpl menghadirkan sebuah fenomena alam tersendiri pula. Kawahnya yang dalam bahasa Jawa disebut Jonggring Soloko akan menyemburkan batuan vulkanik dengan didahului asap tebal yang membumbung tinggi setiap saat dalam jangka waktu 15 – 30 menit.

Kronologis Perjalanan:

Senin 21 September 2010

Sekitar pukul 07.30 WIB, kereta api yang ditumpangi tim ekspedisi telah sampai di stasiun Kota Lama, Kota Malang. Dengan menyewa angkot Rp 20.000, perjalanan dilanjutkan menuju kampus Impala Unibraw dan sampai sekitar jam 08.00 WIB. Sesampai di Impala Unibraw, tim dan pengiring memutuskan untuk istirahat setelah melakukan serangkaian persiapan-persiapan terakhir sebelum pendakian ke Gunung Semeru pada esoknya.

Selasa 22 September 2010

Dengan menyewa angkot seharga Rp 60.000, tim berangkat dari Impala Unibraw menuju Tumpang pada pukul 08.00 WIB, dan sampai di Pasar Tumpang pukul 08.50 WIB. Di pasar ini, tim harus menunggu jeep yang akan mengantarkan ke Desa Ranu Pane yang memakan waktu lebih kurang 3 jam dengan tarif Rp 20.000/orang.
Sampainya di pos Ranu Pane pada pukul 12.00 WIB, tim harus mengurus perizinan untuk pendakian. Setelah itu dilanjutkan dengan makan siang di warung terdekat. Pos Ranu Pane termasuk dalam resort wilayah Konservasi Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan ketinggian lebih kurang 2.200 mdpl.

Selesai urusan perizinan dan makan siang, perjalanan pun dilanjutkan. Target hari ini yang harus dicapai oleh tim adalah Ranu Kumbolo. Jalan yang dilalui berupa jalan setapak yang cukup lebar dan berbelok-belok serta melintasi lereng-lereng bukit. Setelah itu barulah tim sampai di Ranu Kumbolo pada pukul 16.30 WIB.

Rabu 23 September 2010

Pukul 10.30 WIB, setelah sarapan pagi dan perlengkapan telah selesai di-packing, perjalananpun dilanjutkan. Target hari ini adalah tempat camp di daerah Kalimati. Sebelum meninggalkan Ranu Kumbolo, tim ekspedisi harus kembali menjalani pemeriksaan surat izin pendakian pada sebuah pos jaga Gunung Semeru, tepatnya sebelum Tanjakan Cinta.

Sesampainya di puncak Tanjakan Cinta yang memakan waktu 2 jam dari Ranu Kumbolo, perjalanan dilanjutkan dengan medan turunan yang melintasi padang savana yang cukup luas atau biasa disebut dengan Oro-Oro Ombo. Setelah itu barulah tim ekspedisi masuk pada daerah perbukitan hutan cemara. Jalur cukup terlihat jelas disini.

Kabut telah mulai menutupi kawasan Kalimati dan batas jarak pandang lebih kurang 10 meter. Tak berapa lama kemudian rintik hujan-pun mulai turun. Akhirnya pada pukul 15.30 WIB tim sudah sampai di lokasi camp. Semua anggota tim mulai bekerja berdasarkan job-nya masing-masing.

Menjelang pukul 20.00 WIB, briefing dan makan malam sudah selesai dilaksanakan. Dan waktunya untuk istirahat. Pada pukul 23.00 WIB, seluruh tim harus bangun lagi. Pendakian menuju Arcopodo dan puncak semeru kembali dilanjutkan. Pendakian ini harus dilakukan pada tengah malam, agar sampai di puncak pada saat matahari terbit. Selain itu, pendaki hanya boleh berkegiatan di puncak Semeru sampai jam 10.00 WIB. Karena dikhawatirkan kawah biasanya sangat aktif di atas pukul 10.00 pagi, semburan debu tebal berpasir dan gas belerang lebih sering terjadi dan sangat membahayakan keselamatan.

Dalam perjalanan ke puncak Semeru, tim ekspedisi bergabung dengan beberapa tim lainnya dan berjalan beriringan. Setelah melewati Arcopodo, rombongan harus melewati cadas Mahameru yang dilapisi pasir dan debu tebal. Mendaki tengah malam pada medan berpasir menjadi pengalaman tersendiri, sepatu lapangan terbenam ke dalam pasir, membuat langkah semakin berat dan udara malam yang dingin membuat pendaki tidak tahan istirahat lama-lama. Karena tubuh yang tidak bergerak, lebih cepat terasa beku.

Alhamdulillah….., tim sampai di puncak pukul 06.00 dan disambut sinar matahari pagi yang mulai menyinari dan menghangatkan tubuh. Kurang lebih selama 30 menit di puncak dan mengambil dokumentasi, tim ekspedisi langsung turun kembali ke tempat camp di Kalimati. Akhirnya pada pukul 08.30 WIB sampai di Kalimati.

Kamis 24 September 2010

Pagi ini tim baru saja turun dari puncak Semeru. Kondisi badan yang cukup lelah membuat anggota tim harus istirahat dulu di Kalimati. Pukul 14.00 WIB, setelah makan siang dilakukan pendataan Edelweis dimulai pada koordinat 105 : 065 dan beberapa orang lagi mengambil persedian air untuk masak malam yang tidak jauh dari lokasi camp dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam perjalanan pulang pergi. Sumber air ini terletak pada koordinat 105 : 059 helai peta 1607 – 444. untuk hari ini tim ekspedisi kembali camp di Kalimati pukul 20.00 WIB setelah makan malam dan briefing selesai seluruh tim langsung istirahat.

Jum’at 25 September 2010

Setelah persiapan dan sarapan pagi selesai, pada pukul 10.00 WIB, tim ekspedisi mulai bergerak kembali ke Ranu Pane. Kurang dari 2 jam tim sampai di Ranu Kumbolo dan memutuskan untuk istirahat dan makan siang. Kemudian perjalanan kembali dilanjutkan ke Ranu Pane, dan akhirnya sekitar pukul 14.30 WIB.

Dari Ranu Pane perjalanan kembali dilanjutkan menuju kampus Impala Unibraw dan tiba di kampus tersebut lewat dari pukul 20.30 WIB. Sebelum mengakhiri kegiatan di Impala Unibraw, tim tetap melakukan evaluasi atas pergerakan di semeru secara keselurahan serta melakukan briefing untuk kegiatan esok harinya. Hasilnya, Tim berangkat ke Surabaya dengan tujuan utama pulang ke Solo

1 komentar:

  1. terima kasih banyak gan info nya, ane lagi cari2 info mau mendaki semeru juga, sukses ya selalu agan

    BalasHapus

Salam Lestari......

komenlah yang sopan karena kami akan menghormati Tamu yang datang...