Analisa Lingkungan dengan mediator Katak

Sasi Kirono alias Ucok, pria berambut agak gondrong,berkaos abu-abu, dan selalu menyunggingkan senyum, menjadi nara sumber Obrolan Kamis Sore di bulan November 2010. OKS kali ini bertajuk “ Sekilas tentang bio-ekologi amfibi dan teknik pengamatan amfibi”.

“Survey yang saya lakukan di Kalimantan. Jadi saya kurang informasi mengenai katak di Jawa. Amfibi umumnya menghabiskan masa larva di air, dan setelah dewasa hidup di darat. Walau di selama hidupnya amfibi menyukai air, masa hidup di darat ini diperlukan karena tingginya tingkat persaingan tempat antar sesama jenis. Amfibi memiliki kulit yang tipis, lembab, tidak bersisik dan mudah menyerap air. Kulit amfibi diselimuti lendir sebagai alat bernafas dan punya kelenjar yang memproduksi racun dan hormon” Ucok membuka OKS.

Ucok juga menjelaskan bahwa beberapa jenis katak tidak mengalami metamorfosa. Selain katak, amfibi sebetulnya beranggotakan tiga bangsa, antara lain: Caudata (Salamander), ciri-ciri umum amfibi ini mirip kadal. “Bedanya dengan kadal, kulitnya betul-betul dilapisi sisik. Salamander tidak terdapat di Indonesia, distribusi yang terdekat ada di Vietnam dan Kamboja. Kini di Indonesia ada Salamander yang menjadi trend sebagai hewan peliharaan, yang biasa disebut Kadal air. Bukan tidak mungkin di suatu saat nanti salamander jenis ini akan menghuni Indonesia, karena dilepas oleh para pemelihara yang sudah mulai bosan. Hal ini juga terjadi pada Kura-kura brasil” papar ucok.

Selain Salamander, ada Caecilian atau Gymnophiona atau Apoda. Bangsa ini sekilas mirip dengan cacing berwarna kelabu kebiruan. Memiliki mata, tentakel dan ekor. Tentakel pada Caecilian digunakan sebagai organ sensor. Amfibi ini memiliki mata yang tertutupi kulit/tulang sehingga hanya bisa membedakan gelap dan terang. Kulit pada mata berfungsi menjaga mata saat menggali tanah, agar tidak iritasi. Bangsa ini terdapat di Indonesia walau cukup sulit ditemukan.

Bangsa yang ke tiga, yaitu Anura, atau sebangsa katak dan kodok. Saat ini ada sekitar 450 jenis Anura di Indonesia, dan bisa lebih banyak lagi jumlahnya, bila dilakukan lebih banyak survei amfibi di seluruh Indonesia. Anura ini tidak memiliki ekor. Kakinya ada yang berselaput ada yang tidak, bergantung pada habitat yang mereka tempati. Kalau tidak berselaput, biasanya hidup di darat, yang setengah beselapur umumnya hidup di air, sedangkan yang berselaput penuh biasanya yg hidup di pepohonan, membantunya waktu terbang,” jelas Ucok.

Umumnya katak berkembang biak dengan bertelur. Telurnya berada tidak jauh dari air dan ada yang disembunyikan di serasah dedaunan, di antara bebatuan di sungai, atau di permukaan air. Ada juga yang ditaruh di busa-busa yang bergantungan di atara dedaunan. Telurnya seperti jelly, dan bila telah menetas akan jatuh ke bawah, menempel pada punggung induknya, dan siap diantarkan ke air.

Saat mencari mangsa, umumnya diam dan menunggu, ini dilakukan oleh sebagian besar katak dan kodok yang berbadan besar, sedangkan yang bertubuh ramping biasanya lebih aktif berburu. Dalam mempertahankan diri dari musuh, katak dan kodok akan lari atau mengeluarkan air seni. Beberapa memiliki kelenjar paratoid yang akan mengeluarkan kelenjar racun saat pemangsa akan melahapnya, dan ia bisa melepaskan diri.

Untuk mengamati amfibi di alam, biasa dilakukan mulai sore menjelang malam sampai pagi hari. Cukup dengan membawa senter, buku catatan, alat tulis dan alat pengukur. Sedangkan untuk menangkap amfibi untuk keperluan identifikasi bisa dilakukan dengan membuat jebakan yang diletakkan di tanah yang dilubangi (menggunakan ember besar) serta dibuat peghalang, atau dengan menaruh jebakan di barang pohon (terbuat dari pralon). Beberapa jebakan di pohon ini bahkan dijadikan sarang oleh mereka.

Ucok bertanya, di mana kita bisa menemui amfibi? Bisa di sekitar hunian manusia, yaitu rumah dan lingkungan sekitarnya. Juga di hutan, sepanjang aliran sungai dan rawa.

Bagaimana bisa membedakan dunia katak dan kodok dari suaranya di sekitar rumah? Ada berapa jenis katak di Jakarta, apakah pernah ditemukan katak yang mengalami evolusi? Pertanyaan itu muncul dari Marina, DAAI TV.

“Membedakan katak dengan kodok dari suaranya agak sulit, kecuali bila sering berlatih. Setiap jenis katak dan kodok memiliki suara yang berbeda. Tetapi kalau membedakan secara morfologis cukup mudah. Belum banyaknya survey amfibi yang dilakukan di Indonesia membuat banyak daerah belum diketahui kekayaan jumlah jenis amfibinya. Di kampus UI, Depok pernah dilakukan pengamatan, dan ditemukan beberapa belas jenis katak dan kodok. Jenisnya hampir sama dengan lingkungan di sekitar sini,” Ucok menunjukkan telunjuknya ke sekitar kawasan CICO.

“Karena kulit kodok atau katak dapat menyerap air, maka polutanpun secara tidak disengaja akan terserap. Bila kadar pencemarannya sudah tinggi, bisa saja berakibat cacatnya keturunan katak tersebut, misalnya tidak memiliki telapak, berjari banyak bahkan pernah ditemukan berkaki enam. Karenanya katak dan kodok dapat merupakan salah satu indikator kesehatan lingkungan perairan”, papar Ucok menjelaskan pertanyaan dari Jeni Shannaz.

Menurut Ucok, sepertinya di masing-masing pulau terdapat katak atau kodok endemik. Di Jawa ada Katak batu, statusnya saat ini kritis, karena banyak ditangkap untuk perdagangkan. Dulu jumlah ekspor mencapai 4 juta ton/tahun untuk pasar Eropa.

Dalam beradaptasi, kodok buduklah yang paling bisa adaptasi, baik di tempat bersih atau di tempat jorok sekalipun.

Pertanyaan lain, dari Ferry Hasudungan, di hari ke berapa katak masuk ke jebakan? Dan bila sudah jadi binatang peliharaan, apakah dapat menjadi spesies invasif? “Dalam suatu pengamatan, dalam dua jam jebakan sudah dapat menangkap katak, tetapi lokasi penempatan jebakan juga memengaruhi. Spesies invasif sudah pernah terjadi, pada awal tahun 2000 suatu pengamatan di kampus IPB, Dramaga, menemukan suatu jenis kodok Afrika. Diduga ini juga berasal dari peliharaan, kebetulan habitatnya cocok dan dia bisa berkembang biak di sana. Salamander juga bisa seperti itu,” jawab Ucok.

Kembali Jeni menanyakan perihal umur katak yang siap untuk dikonsumsi dan lama hidupnya, mengingat jumlah ekspor katak yang cukup besar beberapa tahun lalu. Menurut Ucok, sebagian besar katak yang dipanen di alam tidak kenal umur, asal sudah besar. Untuk menduga umur agak sulit, harus dilakukan tes DNA. Umur hidup katak diketahui bisa mencapai 20 tahun.

Ucok juga menjelaskan tentang katak di Gunung Gede yang terkena jamur sitrid. Sekarang ini katak-katak yang di hutanlah yang terkena jamur. Katak yang tinggal di lokasi/kawasan urban justru tidak terkena jamur.

Menutup diskusi pada OKS, Ucok juga menyayangkan kurangnya literatur berbahasa Indonesia tentang amfibi, yang berbahasa inggris pun susah mendapatkannya. Kendala lain, amfibi masih dianggap binatang yang menjijikkan, sehingga sulit untuk mengenalkannya kepada publik. Berbeda dengan di Australia, amfibi sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. [irma susilawati dana & jeni shannaz]

Obrolan Kamis Sore, 18 November 2010

Nara Sumber:

Sasi Kirono – Uni Konservasi Fauna IPB

From: Irma Dana
Subject: [SBI-InFo] OKS: Amfibi Bukan Hewan yang Menjijikkan
To: greenlifestyle@googlegroups.com, lingkungan@yahoogroups.com, sbi-info@yahoogroups.com
Date: Tuesday, November 23, 2010, 3:45 AM

Sejarah Pendakian Gunung dan Pecinta Alam

Di Indonesia sendiri sejarah pendakian gunung dimulai sejak tahun 1623 saat Yan Carstensz menemukan “Pegunungan sangat tinggi di beberapa tempat tertutup salju” di Papua. Nama orang Eropa ini dikemudian hari digunakan untuk salah satu gunung di gugusan Pegunungan Jaya Wijaya yaitu Puncak Carstensz. Pada tanggal 18 Oktober 1953 di Indonesia berdiri sebuah perkumpulan yang diberi nama “Perkumpulan Pentjinta Alam” (PPA). PPA merupakan perkumpulan hobby yang dimaksudkan sebagai suatu kegemaran positif terlepas dari sifat maniak yang semata-mata ingin melepaskan nafsunya dalam corak negatif. Perkumpulan ini bertujuan mengisi kemerdekaan dengan kecintaan terhadap negeri ini selepas masa revolusi yang diwujudkan dengan mencintai alamnya serta memperluas dan mempertinggi rasa cinta terhadap alam seisinya dalam kalangan anggotanya dan masyarakat umumnya. Awibowo, salah satu pendiri perkumpulan ini mengusulkan istilah pecinta alam karena cinta lebih dalam maknanya daripada gemar/suka yang mengandung makna eksploitasi belaka, tapi cinta mengandung makna mengabdi.”Bukankah kita dituntut untuk mengabdi kepada negeri ini ?.” Satu kegiatan besar yang pernah diadakan PPA adalah pameran tahun 1954 dalam rangka ulang tahun kota Jogja, mereka membuat taman dan memamerkan foto kegiatan. Mereka juga sempat merenovasi Argodumilah (tempat melihat pemandang di desa Patuk) tepat di jalan masuk Kabupaten Gunung Kidul, Jogjakarta. PPA juga sempat menerbitkan majalah “Pecintja Alam” yang terbit bulanan. Namun sayang perkumpulan ini tidak berumur lama, penyebabnya antara lain faktor pergolakan politik dan suasana yang belum terlalu mendukung hingga akhirnya pada tahun 1960 PPA dibubarkan.

Sejarah pecinta alam kampus di Indonesia dimula pada era tahun 1960-1970 an. Pada saat itu kegiatan politik praktis mahasiswa dibatasi dengan dikeluarkannya SK 028/3/1978 tentang Pembekuan Total Kegiatan Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa yang melahirkan Konsep Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Gagasan mula-mula pendirian Pecinta Alam kampus dikemukakan oleh Soe Hok Gie pada suatu sore, 8 Nopember 1964 ketika mahasiswa FSUI sedang beristirahat setelah bekerja bakti di TMP Kalibata. Sebetulnya gagasan ini, seperti yang dikemukakan Soe Hok Gie sendiri, diilhami oleh organisasi pecinta alam yang didirikan oleh beberapa orang mahasiswa FSUI pada tanggal 19 Agustus 1964 di Puncak Gunung Pangrango. Organisasi yang bernama Ikatan Pencinta Alam Mandalawangi itu keanggotaannya tidak hanya terbatas di kalangan mahasiswa saja. Semua yang berminat dapat menjadi anggota setelah melalui seleksi yang ketat, namun sayangnya organisasi ini mati pada usianya yang kedua. Setelah berbincang – bincang selama kurang lebih satu jam semua yang hadir antara lain : Soe Hok Gie, Maulana, Koy Gandasuteja, Ratnaesih (kemudian menjadi Ny. Maulana), Edhi Wuryantoro, Asminur Sofyan Udin, D armatin Suryadi, Judi Hidayat Sutarnadi, Wahjono, Endang Puspita, Rahayu,Sutiarti (kemudian menjadi Ny. Judi Hidayat) sepakat untuk membicarakan gagasan tadi pada keesokan harinya di FSUI.

Pada pertemuan kedua yang diadakan di Unit III bawah gedung FSUI Rawamangun, di depan ruang perpustakaan. Hadir pada saat itu semua yang sudah disebut ditambah Herman O. Lantang yang saat itu menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa FSUI. Pada saat itu dicetuskan nama organisasi yang akan lahir itu
IMPALA singkatan dari Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam. Setelah pendapat ditampung akhirnya diputuskan nama organisasi yang akan lahir itu IMPALA. Kemudian pembicaraan dilanjutkan dengan membahas kapan dan dimana IMPALA akan diresmikan. Akan tetapi setelah bertukar pikiran dengan Pembantu Dekan III bidang Mahalum yaitu Drs. Soemadio dan Drs. Moendardjito yang ternyata juga menaruh minat terhadap organisasi tersebut dan menyarankan agar merubah nama IMPALA menjadi MAPALA PRAJNAPARAMITA. Nama ini diberikan oleh Bpk. Moendardjito karena menggangap nama IMPALA terlalu borjuis. MAPALA merupakan singkatan dari Mahasiswa Pecinta Alam, selain itu MAPALA juga memiliki arti berbuah atau berhasil. Dan PRAJNAPARAMITA berarti dewi pengetahuan. Jadi dengan menggunakan nama ini diharapkan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh anggotanya akan selalu berhasil berkat perlindungan dewi pengetahuan. Ide pencetusan pada saat itu memang didasari oleh faktor politis selain dari hobi individual pengikutnya, dimaksudkan juga untuk mewadahi para mahasiswa yang sudah muak dengan organisasi mahasiswa lain yang sangat berbau politik dan perkembangannya mempunyai iklim yang tidak sedap dalam hubungannya antar organisasi. Sampai akhirnya diresmikanlah organisasi ini pada tanggal 11 desember 1964 dengan peserta mencapai lebih dari 30 orang.

Dalam tulisannya di Bara Eka (13 Maret 1966), Soe Hok Gie mengatakan bahwa, “Tujuan Mapala ini adalah mencoba untuk membangunkan kembali idealisme di kalangan mahasiswa untuk secara jujur dan benar-benar mencintai alam, tanah air, rakyat dan almamaternya. Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang tidak percaya bahwa patriotisme dapat ditanamkan hanya melalui slogan-slogan dan jendela-jendela mobil. Mereka percaya bahwa dengan mengenal rakyat dan tanah air Indonesia secara menyeluruh barulah seseorang dapat menjadi patriot-patriot yang baik.” Para mahasiswa itu diawali dengan berdirinya Mapala Universitas Indonesia, mencoba menghargai dan menghormati alam dengan menapaki alam mulai dari lautan hingga ke puncak-puncak gunung. Mencoba mencari makna akan hidup yang sebenarnya dan mencoba membuat sejarah bahwa manusia dan alam sekitar mempunyai kaitan yang erat. Sejak saat itulah Pecinta Alam merasuk tak hanya di kampus melainkan ke sekolah-sekolah, ke bilik-bilik rumah ibadah, lorong-lorong bahkan ke dalam jiwa-jiwa bebas yang merindukan pelukan sang alam.

Sumber : E-mail dari MAPAKA STIKes Hang Tuah PKU

Pentingnya Koordinasi dan Persiapan

Mendaki gunung, masuk hutan, menjelajah rimba sambil melihat keindahan awan, alam, bukit dan gunung, merasa diri sangat kecil, tidak ada apa-apanya di tengah-tengah alam terbuka, merupakan suatu kenikmatan tersendiri, maka jangan heran banyak orang yang ingin melakukannya , lagi.. dan lagi…. walau kadang beresiko tinggi.

Bagi yang benar-benar pemula – yang belum pernah mendaki sebelumnya, tapi punya semangat tinggi untuk melakukannya sdfgs df

"Apa asyiknya capek-capek jalan kaki" ?

"Buat apa capek-capek jalan kaki naik turun bukit, naik turun gunung, dingin-dinginan nginap didalam hutan, tidur hanya beratapkan tenda dan beralaskan matras, apa lah lagi..." pertanyaan itu sering keluar dari orang-orang yang tidak pernah berhubungan dengan kegiatan di alam bebas, orang-orang yang tidak pernah berkenalan dengan namanya kemping, haiking, tracking dan sebagainya, sering kali kita dianggap orang-orang yang kurang punya kerjaan, walaupun memang kita terkadang kurang kerjaan, tapi pertanyaan tersebut pertanyaan yang tidak perlu dijawab, mending mereka diajak sekalian biar bisa merasakan capeknya jalan kaki dan dinginnya udara alam bebas.

"Naik gunung " Apa yang kita cari, apa yang kita dapatkan, apa yang kita rasakan , setelah semuanya terbentang luas dihadapan, ketika udara dingin mulai menusuk hingga ke tulang, ketika lelah mengerumuni, berat, haus dan cape. hanya rasa syukur kepada tuhan atas keindahan yang diberikannya yang dapat membayar semuanya.

Naik turun bukit, turun naik gunung, menerobos semak belukar menembus hutan rimba, tiap langkah kaki membawa raga semakin dekat dengan tujuan menjauhi rutinitas kehidupan, udara segar tanpa polusi, bening dinginnya air sungai alami, nyanyian ribuan flora fauna selalu mengiringi langkah kaki yang terkadang terasa lelah dan berat, kerikil-kerikil kecil, batu-batu gunung yang cadas tak menghalangi langkah-langkah kecil yang pasti.

Kebersamaan dan canda tawa disepanjang perjalanan adalah saat-saat paling indah sangat susah untuk dilupakan dan tidak pernah tergantikan, sebuah kepuasan yang tidak bisa dijelaskan dengan tulisan ketika langkah kaki sudah sampai ditujuan.

Apa asyiknya capek-capek jalan kaki ?
mungkin tidak ada asyiknya mungkin pula sangat mengasikkan, tergantung orang yang melakukan dan tergantung orang yang merasakan, dan tergantung tujuan yang ingin didapatkan.
- Capek, lelah memang
- Kebersamaan selalu ada disana
- Kepuasan batin ketika kaki sampai tujuan
- Canda tawa selalu mengiringi
- Udara bersih tanpa polusi keluar masuk paru-paru
- Sehat pastinya

Selamat Datang calon Dangsanak Hanyar

Selamat datang calon dangsanak-dangsanak hanyar kami, kami berharap semoga kalian semua bisa menghilangkan status “calon” yang melekat pada diri kalian sekarang ini, walaupun kita semua tau bahwa perjalanan kalian masih panjang.

Seleksi alamiah pasti akan terjadi, seleksi alamiah bukan seleksi yang datang dari kami, tapi seleksi tersebut datang dari diri kalian sendiri, dengan panjangnya perjalanan, niat kalian akan diuji, niat untuk menjadi saudara kami dalam naungan Mapala Apache akan diuji, tapi sekali lagi bukan dari kami, tapi dari diri kalian sendiri ujian tersebut datang, dan kami berharap semoga seleksi alamiah tersebut tidak banyak yang merontokkan kalian.

Mulai dari sekarang, harapan kami kalian sudah mulai mencoba memupuk rasa persaudaraan diantara kalian, jangan sampai dengan banyaknya kalian, kalian menjadi terkotak-kotak, kalian harus satu, satu saudara atas nama Mapala Apache STMIK Banjarbaru.

PERBURUAN MERBABU

Langkah kecil mengiringi kami menuju sebuah bak truk warna hijau bekas mengangkut pasir. Sisa pasir masih tertinggal di dalam bak yang terbuat dari kayu tersebut sehingga terlihat beberapa teman mencari alas untuk duduk. Beberapa teman lain sibuk mencari posisi dan pegangan. Nampak sebuah rantai besi melintang di tengah-tengah bak, mungkin untuk menahan dinding bak truk tersebut agar tidak miring ketika muatan penuh. “Sudah siap semua?” terdengar suara dari ruang sopir. Ternyata sopir truk tersebut memberi aba-aba kepada kami, dengan sedikit mengeluarkan kepalanya ke jendela menengok ke arah kami. “siap pak!”, salah seorang teman kami menjawab, dan kami pun berangkat. Hari itu.12 orang termasuk sayaberangkat dari kampus UNS menuju puncak merbabu.

Kami melakukan ekspedisi perjalanan sehubungan dengan rentetan rute pendakian gunung,dan kali ini pendakian Gunung Merbabu. Kegiatan petualangan ini memakan waktu dua hari satu malam (24-25 Juli 2010) menembus hutan dan sabana di kaki gunung merbabu.
Setelah beberapa jam perjalanan kami sampai di kaki gunung tidak jauh dari base camp pendakian. Beberapa teman langsung turun untuk beristirahat karena perjalanan kami yang kurang nyaman. Selain memang menggunakan truk pasir, sang supir yang kami pun tidak tahu namanya agak ngebut selama perjalanan. Kami melepas lelah dengan berisatirahat di dalam sebuah rumah penduduk yang dijadikan base camp dan teman-teman yang lain langsung mencari kamar mandi karena ternyata selama perjalanan mereka menahan rasa ingin buang air. Akhirnya kami beristirahat sambil menunggu waktu pendakian yaitu selepas isya.
Pendakian ini adalah yang pertama kali bagi saya, tak tahu kenapa saya bisa ikut dalam pendakian ini. Tapi sudah terlanjur sampai di lokasi, tidak bisa mundur lagi, tidak ada transportasi yang bisa mengantar saya pulang kecuali truk pasir yang menjemput kami besok sore. Sampai maghrib kami berada di mushola dekat lokasi base camp sambil merencanakan jalur pendakian dan perlengkapan apa saja yang masih kurang.
Selepas maghrib, kami melakukan checking akhir sebelum mulai pendakian sebentar lagi. Barang-barang bawaan saya keluarkan satu persatu, ada logistik, sarung tangan, kaos lengan panjang,sarung, dan sebuah senter. Saya cek satu persatu, setelah itu saya masukkan lagi kedalam carrier.
Udara malam kian dingin saja, hampir-hampir saya tidak berani mengambil air wudlu untuk sholat isaya. Keadaan sekitar yang sudah gelap, nampak hanya beberapa lampu di depan rumah penduduk yang menerangi jalan. Setelah sholat, kami berdoa bersama agar perjalanan kami nanti diberi kelancaran. Seorang teman langsung berdiri memimpin perajalanan kami, namanya Badak (panggilan akrab dia). Dia adalah temen saya dari jakarta, meskipun badannya sedikit gemuk tapi sudah berpengalaman mendaki beberapa gunung termasuk Gunung Merbabu ini.
Perjalanan pendakian kami mulai pada pukul 20.00 WIB. Jalan setapak dengan pohon-pohon besar dan tua mengiring perjalanan kita. Ditangan kami hanya ada headlamp yang menerangi jalan. Hampir-hampir kami tak dapat melihat sekeliling karena kondisi yang gelap, tapi sinar bulan separo sedikit membantu pandangan kami. Jalan yang kami lalui masih berupa jalan setapak dan parit-parit alami karena aliran air, sesekali terlihat papan petunjuk yang dibuat seadanya oleh pendaki terdahulu. Sampai pada sebuah percabangan jalan, Mas Agus sang penunjuk jalan kami terlihat agak ragu dan bertanya-tanya sendiri untuk memilih jalur yang benar. Dia memutuskan mengambil jalur kiri, semakin lama kami-pun ragu karena jalan yang kami lalui semakin kecil dipenuhi semak. Ternyata jalan yang kami tempuh beberapa meter dari persimpangan tadi bukanlah jalur sebenarnya, akhirnya kami kembali ke persimpangan dan mengambil jalur kanan.
“Datar…!!!” teriak salah satu teman kami untuk mengisyaratkan istirahat sejenak. Hal ini dilakukan karena kepercayaan teman-teman yang tidak boleh berkata lelah, capek dan lainnya agar dapat sampai di puncak. Memang kami sering beristirahat karena jalur pendakian yang tidak terlalu bagus selain itu juga untuk mengkoordinir teman-teman yang tertinggal. Seteguk air yang kami bawa sedikit mengurangi dahaga, dan setelah beberapa menit kami melanjutkan perjalanan. Karena ini adalah expedisi pertama saya dalam pendakian, sepanjang jalan saya bertanya sendiri apa enaknya mendaki gunung.
Perjalanan berlanjut, waktu sudah mendekati subuh tapi puncak yang kami nantikan belum nampak juga. Kami sudah sampai di sabana, pepohonan besar dan tua sudah jarang terlihat. Sejauh mata memandang hanya ada perbukitan yang dipenuhi rumput-rumputan. Kami beristirahat agak lama di sabana, sampai-sampai hampir semua teman-teman tertidur karena lelah yang menghinggapi. Kami pun melanjutkan perjalanan yang saya belum tahu kapan akan sampai di puncak. Kami terbagi manjadi tiga kelompok karena sebagian teman-teman melanjutkan perjalanan setelah subuh dan sebagian lagi memilih menunggu di sabana. Jalan yang kami lalui semakin terjal, kadang saya harus menggapai rumpun rumput diatas saya untuk bisa naik. Interval istarahat kami semakin sering, baru lima langkah naik kaki kami sudah letih. Bukit yang tadi terlihat tinggi, sekarang sudah lebih rendah dari posisi kami sekarang.
Akhirnya kami bertujuh sampai di puncak gunung merbabu. Disini hanya terlihat tanah datar yang tidak terlalu luas, sebuah monumen setinggi setengah meter menandakan puncak Merbabu dan sebuah jas hujan warna cokelat tersampir menyerupai tenda. Sinar merah matahari menyingsing dari timur, dibawah kami samar-samar awan kabut mengelilingi puncak gunung, angin berhembus kencang membuat saya semakin merapatkan pakaian. Sholat shubuh kami lakukan sebagai bentuk syukur akan karunia Allah SWT yang sangat besar kepada hambanya. Beberapa menit kemudian kelompok kedua berhasil mencapai puncak dan bergabung dengan kami.
Matahari semakin naik memancarkan sinarnya, kondisi sekitar yang tadinya gelap sekarang sudah terlihat. Awan kabut dibawah kami bagai lapangan putih yang terhampar luas, puncak gunung lain terlihat kecil dan angin yang kami rasakan tak sedingin tadi tapi masih kencang menerpa wajah kami. Setelah pukul 7.00 WIB, kami turun gunung. Di sabana kami bergabung dengan kelompok ketiga yang tidak meneruskan perjalanan sampai ke puncak. Ternyata jalan turun tidak semudah saat pendakian. Meskipun turun dan kondisi jalan yang terang, tapi saya harus menahan berat tubuh dan tas saya. Setelah berjam-jam perjalanan turun, kami sampai di base camp. Kami beristirahat sambil menunggu truk pasir jemputan kami. Meskipun berat medan yang kami lalui, tapi itu semua terbayar dengan rasa pusa bisa menyaksikan indahnya ciptaan-Nya sepanjang perjalanan menuju puncak Merbabu.

PERBURUAN PUNCAK MAHAMERU

MENDAKI tengah malam pada medan berpasir menjadi pengalaman tersendiri, sepatu lapangan terbenam kedalam jalan pasir membuat langkah kaki semakin berat. Udara malam yang dingin membuat pendaki tidak sanggup untuk beristirahat lama-lama, karena tubuh yang tidak bergerak lebih cepat terasa lebih berat…”
PADA september 2010 kemarin, aku melaksanakan kegiatan Ekspedisi Pendakian dan Pendataan 4 Puncak Tertinggi Pulau Jawa. Gunung yang dituju adalah Gunung Ciremai (3.078 Mdpl), Merbabu (3.145 Mdpl), Lawu (3.265 Mdpl) dan Semeru (3.676 Mdpl).

aku didampingi tiga orang teman dari Jakarta sebagai pengiring. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari tour memburu puncak gunung di jawa.

Untuk pelaksanakan ekspedisi ini, tim ekspedisi telah melaksanakan berbagai persiapan sejak seminggu sebelumnya yang meliputi latihan fisik, perizinan, pendanaan serta melakukan simulasi ke Gunung Marapi dan kawasan perbukitan Limau Manis. Dalam simulasi tersebut, kami mempraktekkan ilmu-ilmu kepecintaalaman seperti Navigasi Darat, Botani & Zoologi, Ilmu Penafsiran, Manajemen Perjalanan dan sebagainya.

Pada pelaksanaan ekspedisi, mereka mengumpulkan data-data mengenai topografi, iklim, vegetasi, sosial budaya, Konservasi Sumberdaya Alam (KSDA) dan lainnya. Dengan demikian, kami semakin menguasai dan mahir dalam mempraktekkan ilmu-ilmu yang mereka dapatkan dalam proses keanggotaan sebelumnya.

Berikut ini: catatan perjalanan mereka ke Gunung Semeru

Gunung ini termasuk dalam kawasan suaka alam Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru. Pada kutipan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Pasal 19 Ayat 5 menyebutkan bahwa setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap kawasan suaka alam.

Sebagai puncak tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Semeru ini telah dijadikan target atau tujuan yang harus dicapai oleh para penggiat alam bebas. Puncaknya disebut-sebut sebagai salah satu pilar yang ikut “menyangga langit” Indonesia. Rasanya akan terasa kurang jika tempat dengan predikat puncak tertinggi di Pulau Jawa ini tidak terkunjungi.

Sebelum sampai di puncak Gunung Semeru, akan dijumpai sebuah danau yang cukup luas bernama Ranu Kumbolo. Di sekitar danau ini, terdapat padang rumput savana yang cukup luas. Biasanya para pendaki menggunakan lokasi ini sebagai tempat camp pada hari pertama.

Setelah dari Ranu Kumbolo, perjalanan dilanjutkan dengan menaiki sebuah bukit yang akan melewati Tanjakan Cinta. Sesuai dengan namanya, tanjakan ini memang kerap untuk mempertemukan sepasang manusia untuk menjalin cinta. Karena apa? Karena Tanjakan Cinta ini merupakan tanjakan yang landai namun cukup panjang yang mengandung pasir dan debu dan ini terbukti sama seperti yang saya rasakan. Lebih kurang 2 jam waktu yang dibutuhkan untuk bisa sampai di puncak bukit ini. Dengan kondisi demikian, tentu saja para jomblo akan segera memasang niat agar lawan jenisnya tertarik saat menaiki tanjakan ini. Inilah salah satu daya tarik tersendiri dari Gunung Semeru. Buktiin aja sendiri…

Panjang jalur pada pendakian gunung ini ± 17 km. Sebaiknya membawa peralatan tambahan seperti masker dan kaca mata. Kedua peralatan tersebut berguna sekali dalam perjalanan, karena jalan dan pohon sekitar yang dilewati tertutup abu vulkanik yang hampir setiap saat dilontarkan oleh kawah Semeru. Bunga Edelweis sudah bisa ditemui di sepanjang jalur pendakian mulai dari Ranu Kumbolo.

Camp hari kedua, tersedia dua lokasi yang bisa dipilih para pengunjung. Lokasi pertama bernama Kalimati berupa padang savana yang cukup luas serta dikelilingi Edelweis yang tumbuh berkelompok. Pada lokasi ini, terdapat sumber air terakhir. Tempat camp kedua bernama Arcopodo. Sekitar 10 menit perjalanan dari Kalimati. Kawasan ini ditumbuhi hutan cemara yang cukup rapat dan medannya berupa tanjakan. Tenda didirikan di sepanjang kiri kanan jalur dan berakhir pada cadas Semeru.

Memasuki cadas Semeru, kita akan langsung berhadapan dengan tanjakan terbuka yang cukup panjang, berbeda dengan Arcopodo yang masih ditutupi hutan cemara. Pada cadas ini hanya terdapat satu batang pohon Cemara yang sering disebut sebagai Cemoro Tunggal. Pohon ini sekaligus berfungsi sebagai patokan jalur, karena tumbuhnya sejajar dengan jalur pendakian, terutama jika dilihat dari puncak Semeru (Mahameru). Masker dan gaiter menjadi salah satu perlengkapan yang harus digunakan oleh pendaki di jalur ini.

Puncak Mahameru dengan ketinggian 3676 mdpl menghadirkan sebuah fenomena alam tersendiri pula. Kawahnya yang dalam bahasa Jawa disebut Jonggring Soloko akan menyemburkan batuan vulkanik dengan didahului asap tebal yang membumbung tinggi setiap saat dalam jangka waktu 15 – 30 menit.

Kronologis Perjalanan:

Senin 21 September 2010

Sekitar pukul 07.30 WIB, kereta api yang ditumpangi tim ekspedisi telah sampai di stasiun Kota Lama, Kota Malang. Dengan menyewa angkot Rp 20.000, perjalanan dilanjutkan menuju kampus Impala Unibraw dan sampai sekitar jam 08.00 WIB. Sesampai di Impala Unibraw, tim dan pengiring memutuskan untuk istirahat setelah melakukan serangkaian persiapan-persiapan terakhir sebelum pendakian ke Gunung Semeru pada esoknya.

Selasa 22 September 2010

Dengan menyewa angkot seharga Rp 60.000, tim berangkat dari Impala Unibraw menuju Tumpang pada pukul 08.00 WIB, dan sampai di Pasar Tumpang pukul 08.50 WIB. Di pasar ini, tim harus menunggu jeep yang akan mengantarkan ke Desa Ranu Pane yang memakan waktu lebih kurang 3 jam dengan tarif Rp 20.000/orang.
Sampainya di pos Ranu Pane pada pukul 12.00 WIB, tim harus mengurus perizinan untuk pendakian. Setelah itu dilanjutkan dengan makan siang di warung terdekat. Pos Ranu Pane termasuk dalam resort wilayah Konservasi Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan ketinggian lebih kurang 2.200 mdpl.

Selesai urusan perizinan dan makan siang, perjalanan pun dilanjutkan. Target hari ini yang harus dicapai oleh tim adalah Ranu Kumbolo. Jalan yang dilalui berupa jalan setapak yang cukup lebar dan berbelok-belok serta melintasi lereng-lereng bukit. Setelah itu barulah tim sampai di Ranu Kumbolo pada pukul 16.30 WIB.

Rabu 23 September 2010

Pukul 10.30 WIB, setelah sarapan pagi dan perlengkapan telah selesai di-packing, perjalananpun dilanjutkan. Target hari ini adalah tempat camp di daerah Kalimati. Sebelum meninggalkan Ranu Kumbolo, tim ekspedisi harus kembali menjalani pemeriksaan surat izin pendakian pada sebuah pos jaga Gunung Semeru, tepatnya sebelum Tanjakan Cinta.

Sesampainya di puncak Tanjakan Cinta yang memakan waktu 2 jam dari Ranu Kumbolo, perjalanan dilanjutkan dengan medan turunan yang melintasi padang savana yang cukup luas atau biasa disebut dengan Oro-Oro Ombo. Setelah itu barulah tim ekspedisi masuk pada daerah perbukitan hutan cemara. Jalur cukup terlihat jelas disini.

Kabut telah mulai menutupi kawasan Kalimati dan batas jarak pandang lebih kurang 10 meter. Tak berapa lama kemudian rintik hujan-pun mulai turun. Akhirnya pada pukul 15.30 WIB tim sudah sampai di lokasi camp. Semua anggota tim mulai bekerja berdasarkan job-nya masing-masing.

Menjelang pukul 20.00 WIB, briefing dan makan malam sudah selesai dilaksanakan. Dan waktunya untuk istirahat. Pada pukul 23.00 WIB, seluruh tim harus bangun lagi. Pendakian menuju Arcopodo dan puncak semeru kembali dilanjutkan. Pendakian ini harus dilakukan pada tengah malam, agar sampai di puncak pada saat matahari terbit. Selain itu, pendaki hanya boleh berkegiatan di puncak Semeru sampai jam 10.00 WIB. Karena dikhawatirkan kawah biasanya sangat aktif di atas pukul 10.00 pagi, semburan debu tebal berpasir dan gas belerang lebih sering terjadi dan sangat membahayakan keselamatan.

Dalam perjalanan ke puncak Semeru, tim ekspedisi bergabung dengan beberapa tim lainnya dan berjalan beriringan. Setelah melewati Arcopodo, rombongan harus melewati cadas Mahameru yang dilapisi pasir dan debu tebal. Mendaki tengah malam pada medan berpasir menjadi pengalaman tersendiri, sepatu lapangan terbenam ke dalam pasir, membuat langkah semakin berat dan udara malam yang dingin membuat pendaki tidak tahan istirahat lama-lama. Karena tubuh yang tidak bergerak, lebih cepat terasa beku.

Alhamdulillah….., tim sampai di puncak pukul 06.00 dan disambut sinar matahari pagi yang mulai menyinari dan menghangatkan tubuh. Kurang lebih selama 30 menit di puncak dan mengambil dokumentasi, tim ekspedisi langsung turun kembali ke tempat camp di Kalimati. Akhirnya pada pukul 08.30 WIB sampai di Kalimati.

Kamis 24 September 2010

Pagi ini tim baru saja turun dari puncak Semeru. Kondisi badan yang cukup lelah membuat anggota tim harus istirahat dulu di Kalimati. Pukul 14.00 WIB, setelah makan siang dilakukan pendataan Edelweis dimulai pada koordinat 105 : 065 dan beberapa orang lagi mengambil persedian air untuk masak malam yang tidak jauh dari lokasi camp dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam perjalanan pulang pergi. Sumber air ini terletak pada koordinat 105 : 059 helai peta 1607 – 444. untuk hari ini tim ekspedisi kembali camp di Kalimati pukul 20.00 WIB setelah makan malam dan briefing selesai seluruh tim langsung istirahat.

Jum’at 25 September 2010

Setelah persiapan dan sarapan pagi selesai, pada pukul 10.00 WIB, tim ekspedisi mulai bergerak kembali ke Ranu Pane. Kurang dari 2 jam tim sampai di Ranu Kumbolo dan memutuskan untuk istirahat dan makan siang. Kemudian perjalanan kembali dilanjutkan ke Ranu Pane, dan akhirnya sekitar pukul 14.30 WIB.

Dari Ranu Pane perjalanan kembali dilanjutkan menuju kampus Impala Unibraw dan tiba di kampus tersebut lewat dari pukul 20.30 WIB. Sebelum mengakhiri kegiatan di Impala Unibraw, tim tetap melakukan evaluasi atas pergerakan di semeru secara keselurahan serta melakukan briefing untuk kegiatan esok harinya. Hasilnya, Tim berangkat ke Surabaya dengan tujuan utama pulang ke Solo

Pendaftaran Calon Anggota Baru

Salam Lestari...!!!

Apa kabar kawan-kawan mahasiswa(i) STMIK Banjarbaru, sehubungan dengan agenda kerja kepengurusan Mapala Apache, dibulan September ini kami membuka kembali kesempatan bagi mahasiswa(i) STMIK Banjarbaru untuk bergabung dengan kami, menjadi anggota keluarga Mapala Apache SMTIK Banjarbaru, bagi kalian yang berminat kalian bisa mengambil formulir pendaftaran pada anggota-anggota Mapala Apache yang kalian kenal, ataupun kalian dapat menghubungi nomor-nomor telpon yang tertera dibawah.

Jadwal kegiatan dalam waktu dekat

  • 20 - 2 Oktober 2010 : Pengumuman dan batas penerimaan anggota baru
  • 2 Oktober 2010 : Ramah anggota Mapala Apache dengan teman-teman calon anggota baru, hari sabtu tanggal 2 oktober 2010, jam 15.00 s/d selesai, tempat ruang aula SMK Komputer mandiri
  • 9 Oktober 2010 : Dies Natalis Mapala Apache STMIK Banjarbaru ke IV, tempat STMIK Banjarbaru
  • 9 - 10 Oktober 2010 : Kemping party, acara perkenalan dan ramah tamah semua calon anggota sekaligus kemping bersama calon anggota dengan anggota mapala apache yang pertama.
  • * 23 - 24 Oktober 2010 : Kemping Loksado

Syarat menjadi anggota

Sering kali teman-teman bertanya tentang syarat menjadi anggota Mapala Apache, tidak ada syarat khusus untuk menjadi anggota Mapala Apache, yang penting kalian adalah orang-orang senang dengan alam, minimal kalian bukan orang yang senang merusak keindahan alam, kalian dapat bergabung dengan Mapala Apache STMIK Banjarbaru.

Dan yang paling penting adalah apabila kalian mempunyai penyakit yang mungkin beresiko bagi diri kalian yang mungkin akan menyusahkan kalian dan apabila kalian kemping atau naik gunung nantinya penyakit tersebut dapat mengganggu kalian suatu saat, seperti Asma, Jantungan, Pobia ketinggian, liver dan yang lainnya kalian harus membaritahukan kepada kami agar kami dapat mengantisipasi hal-hala tersebut.

Mungkin kalian akan bertanya apa untungnya ikut dengan organisasi Mapala, nah untuk jawaban tersebut kalian cari sendiri setelah kalian bergabung dengan Mapala.

Kontak person Mapala Apache : Eko (085752062899), eka patra(087817203719), purwanti (08565150625), Charles (085249890254).

Berikut adalah nama-nama yang formulir pendaftarannya telah kami terima kembali, dan telah kami anggap sebagai calon anggota Mapala Apache :

Bryan adam (TI)
Rudi Setiawan (TI)
Agus Budiyanto (TI)
Ifnu al firdaus (SI)
Aufan rian pratama (TI)
Rydy Chandra (TI)
Nolva Rinasari S. (TI)
Sugeng Prayitno (TI)
Fredy wijaya (TI)
Welda yusriana (TI)
Hendra (TI)
Muhkis (TI)
Miftahur risky (TI)
Audrianor (TI)
Arbainah (TI)
Dezar Fikrian noor (TI)
Ninuk Widya S. (TI)
Sidiq purnomo (TI)
Pitriana mahardika (TI)
Muhammad ma’ruf (TI)
Irkaliman (TI)
Septi pujirahayu (TI)
Is rosyida yanti (TI)
Surya hadi saputra (TI)
Herry susanto (TI)
Irma pebrianti (SI)
Yudi (TI)
David erwanto (TI)
Windasari (SI)
Atmajaya (SI)
M. Alfian hasmi (SI)
Rini junadah (TI)
Tyas supratmi (TI)
Wihelmina ere (TI)
Tuti purnaningsih (TI)
Noor aida (TI)

Cara pendaftaran
- Mengisi dan menyerahkan formulir pendaftaran kepada pengurus Mapala Apache STMIK Banjarbaru

atau

Mengisi komentar dibawah dengan format isian :
- N I M : ..................................
- Nama : .................................
- Alamat : ................................
- No Telpon : .............................
- Alasan mendaftar : ......................................................
- Komentar tentang Mapala : .............................................................

atau kirimkan file dengan isian seperti diatas ke e-mail Mapala Apache : mapalaapache@yahoo.co.id

atau tulis di dinding Facebook Mapala Apache

Mahasiswa baru STMIK Bjb angk. 2010


Selamat datang mahasiswa-mahasiswi STMIK Banjarbaru, dan selamat memasuki dunia baru bagi kalian, walaupun mungkin bagi sebagian teman-teman bukanlah dunia yang benar-benar baru, selamat memasuki dunia perkuliahan, dunia dengan suasana yang benar-benar berbeda dengan dunia sekolah walaupun tidak seindah masa-masa disekolah.

Sekarang tidak lagi bapak guru dan ibu guru yang mengajar kalian tapi bapak dosen dan ibu dosen yang akan berhadapan dengan kalian, nantinya kalian akan sering berhadapan dengan makalah, paper dan sesekali presentasi didepan klas, sekarang kalian bukan lagi anak sekolahan kalian sekarang menjadi anak kuliahan,
tidak lagi dipanggil siswa tapi berganti menjadi mahasiswa, dengan status mahasiswa inilah kalian harus belajar benar-benar mandiri dalam belajar, bisa memahami materi kuliah ataupun tidaknya kalian, pintar ataupun bodohnya kalian itu semua menjadi tanggung jawab kalian, tidak akan ada lagi bimbingan khusus ataupun perhatian khusus dari dosen-dosen kalian. Kalau kalian tidak kreatif dan tidak pernah berusaha bertanya kalian sendiri yang bertanggung jawab.

Mata pelajaran sekarang berganti menjadi mata kuliah, kalian akan berkenalan dengan yang namanya SKS, sekarang tidak ada lagi namanya ujian ulang, kalau kalian tidak lulus satu mata kuliah maka tunggulah semester berikutnya untuk mengulang mendengarkan mata kuliah yang sama, kalian akan berkenalan dengan yang namanya IP atau IPK, jangan harap kalian lulus cepat kalau IP kalian terus-terusan jeblok.

tidak ada salahnya kalian mempunyai target berapa lama kalian kuliah sehingga kalian mempunyai kiat-kiat agar target tersebut bias tercapai, awal-awal perkulian akan menjadi hari-hari yang menyenangkan dimana semangat kalian benar-benar berkobar untuk mencari yang apa kalian cari, tapi tunggulah semester-semester berikutnya ????????. sekarang di klas kalian tidak lagi mempunyai meja untuk kalian menulis ataupun untuk kalian tidur, sekarang kalian hanya bersandar dikursi apabila kalian ingin tidur, tidur karena bosan mendengar ceramah dosen kalian.

Tidak ada salahnya kalian ikut berpartisipasi di salah satu UKM yang ada di STMIK Banjarbaru, sangatlah rugi apabila selama kalian kuliah kalian hanya menjadi mahasiswa KUPU-KUPU (kuliah pulang-kuliah pulang), atau mahasiswa SEJOLI (datang kampus berdua, dikampus berdua, pulang berdua) seakan-akan kampus milik kalian berdua, seakan-akan dikampus hanya ada kalian berdua. Banyak UKM yang ada di STMIK Banjarbaru dengan berbagai latar belakang dan hobby yang mendasari ukm-ukm tersebut, pilihlah salah satu dari ukm-ukm tersebut, agar kalian mempunyai pengalaman dalam berorganisasi dan sebagainya.

Akhirnya kami seluruh anggota MAPALA APACHE STMIK BANJARBARU mengucapkan selamat datang dan selamat memasuki dunia perkuliahan.

Detektor Polusi Lingkungan Secara Alami

Layaknya peralatan yang canggih, makhluk hidup di sekitar kita juga bisa menjadi semacam pendeteksi polusi. Dengan mengamati detektor alam, kita pun bisa tahu adanya pencemaran di suatu lingkungan.
1: Bunga
Prinsip kerja:
Bunga itu selalu memiliki wangi yang semerbak. Tapi, kadang ditemukan jenis bunga yang umumnya wangi, nggak tercium baunya. Kenapa, ya? Ternyata hal ini bisa disebabkan oleh polusi udara, khususnya emisi kendaraan bermotor. Wangi dari zat aromatik bunga yang dilepas ke udara sebagian besar langsung lenyap akibat terserap ozon dan senyawa nitrat dari emisi tersebut. Semakin tinggi polusinya, wangi bunga pun semakin berkurang bahkan nyaris hilang sama sekali. Jadi, jika menemukan bunga yang tidak wangi lagi, artinya tingkat polusi udara di daerah itu tinggi.
2: Lebah
Prinsip kerja:
Lebah bisa juga menjadi tanda-tanda adanya polusi, khususnya polusi udara. Jika terdapat sedikit, atau bahkan tak ada lebah, maka ditempat tersebut tercemar polusi. Menurut penelitian di University of Virginia, Amerika Serikat, hal ini masih terkait dengan hilangnya wangi bunga. Karena wangi bunga tidak tercium, lebahpun kehilangan sinyal untuk mencapai tanaman.
3: Terumbu Karang
Prinsip kerja:
Salah satu pendeteksi suatu perairan tercemar ialah melalui terumbu karang yang dimilikinya. Limbah, sampah, dan bahan bakar transportasi laut menghasilkan nitrogen dan zat polutan lain yang mencemarkan laut. Berbagai zat berbahaya tersebut dapat merusak terumbu karang. Maka, dapat disimpulkan bahwa di perairan yang terumbu karangnya rusak maka terdapat polusi air yang cukup parah.
4: Lumut
Prinsip kerja:
Kita juga dapat mencari tahu adanya polusi udara dengan mengamati lumut. Mudah saja gan, tinggal memperhatikan banyaknya jumlah lumut yang menempel pada batang pohon. Sebab, lumut akan sangat produktif di udara yang baik, namun sebaliknya akan menghilang jika udaranya berpolusi. Jadi, banyaknya lumut yang "menghiasi" batang pohon menjadi indikasi kalau udara masih oke gan. Di sisi lain, jika pepohonan "sepi" dari lumut, kemungkinan besar udara di sekitar tempat tersebut telah tercemar.

Rusia, Negeri Dingin yang Kini Terbakar Dihajar Suhu Panas hingga Kobaran Api

Dampak negatif perubahan iklim dirasakan oleh warga Rusia. Berawal dari pecahnya rekor suhu panas di Negeri Beruang Merah itu akhir Mei lalu, kebakaran yang membumihanguskan area hutan serta permukiman seluas hampir 2 ribu kilometer persegi sejak akhir Juli lalu belum padam. Sedikitnya, 53 nyawa melayang.

"SEKARANG kami bisa tegaskan bahwa fenomena abnormal di seluruh penjuru dunia belakangan ini telah mencapai puncaknya di Rusia," ucap Alexei Kokorin, kepala program iklim dan energi pada WWF Rusia, seperti dilansir BBC kemarin (10/8). Fenomena abnormal yang dia maksud adalah temperatur ekstrem musim panas di Rusia. Normalnya, temperatur maksimal berkisar 35 derajat Celsius. Kali ini temperatur mencapai lebih dari 40 derajat Celsius.

Temperatur ekstrem gara-gara perubahan iklim itu membuat api yang melalap hutan Rusia menjadi-jadi. Pemadaman yang dilakukan sejak titik api pertama terdeteksi akhir Juli lalu belum membuahkan hasil signifikan hingga kemarin. Asap yang terus mengepul dari hutan dan lahan pertanian yang terbakar mengakibatkan warga mulai menderita sesak napas. Terbatasnya jarak pandang juga menghentikan aktivitas penerbangan serta bisnis di Kota Moskow dan sekitarnya.

"Suhu panas di Rusia terjadi karena aliran udara yang konsisten dari kawasan selatan dan timur," terang Jeff Knight, ilmuwan yang khusus mempelajari variasi iklim di Badan Meteorologi Inggris. Kawasan selatan dan timur Rusia tersebut dipenuhi stepa alias padang rumput. Selain aliran udara panas, faktor lain yang sangat memengaruhi terjadinya suhu ekstrem di Rusia, menurut dia, adalah konsentrasi gas rumah kaca yang terus meningkat.

El nino yang terjadi tiap lima tahun sekali di sekitar Samudra Pasifik juga punya andil dalam memunculkan suhu ekstrem di Rusia. "Anomali suhu permukaan laut (el nino, Red) menciptakan penyimpangan temperatur di berbagai belahan dunia. Suhu panas yang sangat ekstrem muncul di kawasan barat Rusia. Sedangkan suhu dingin di bawah rata-rata terjadi di kawasan Siberia, belahan lain Rusia," papar Knight. Menurut dia, anomali tersebut bertahan beberapa hari ke depan.

Bahkan, jika efek rumah kaca terus memburuk, bisa jadi Rusia dirundung suhu ekstrem (baik panas maupun dingin) hingga beberapa tahun mendatang. "Karena itu, kita harus siap menghadapi kebakaran hebat seperti itu pada masa depan. Sebab, sangat mungkin musim panas dengan berbagai fenomena aneh semacam itu terjadi lagi," papar dia. Tanpa pengurangan emisi yang signifikan, lanjut dia, Rusia akan terjebak dalam suhu ekstrem selama minimal 40 tahun.

Dampak suhu itu bakal kian parah. Sebab, seiring dengan berjalannya waktu, akan semakin banyak permukiman yang tumbuh. Artinya, pepohonan yang berfungsi meredam panas dan menyerap karbon dioksida semakin habis. Area yang semula merupakan hutan dan lahan pertanian berubah fungsi menjadi kampung. "Semakin banyak manusia yang hidup di wilayah yang semula merupakan area hijau tersebut. Juga, semakin banyak hutan serta satwa penghuninya yang hilang," ungkapnya.

Namun, bukan hanya faktor alam yang membuat Rusia kalang kabut dalam menaklukkan api dan menghalau asap. Kebijakan yang ditelurkan oleh pemerintahan Perdana Menteri (PM) Vladimir Putin beberapa bulan lalu tentang sentralisasi sistem pengendali kebakaran juga disebut sebagai biang bencana, terutama oleh kelompok aktivis pencinta lingkungan, Greenpeace Rusia.

"Sentralisasi itu membuat jumlah personel pemadam kebakaran berkurang banyak, sekitar separo dari jumlah awal," keluh Mikhail Kreyndlin, kepala program sumber alam yang dilindungi pada Greenpeace Rusia. Dia juga prihatin atas banyaknya jumlah satwa yang terpanggang bersama pepohonan yang habis dilalap api. Selain satwa berukuran besar, hewan berukuran kecil, termasuk serangga, terpanggang dalam musibah itu.

Latihan Gabungan di Goa Batu Hapu (18-20 Juni 2010)

Mantaaap,, itulah kata yang dapat menggambarkan betapa indahnya suasana di Goa Batu Hapu,,. Goa Batu Hapu terletak di Kecamatan Binuang, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan. Mapala Apache mengikuti Latihan Gabungan ini atas undangan dari Mapala STIENAS Banjarmasin, beberapa organisasi Pencinta Alam juga turut dalam Latihan Gabungan ini, mudah-mudahan keindahan alam di Goa Batu Hapu ini akan selalu terjaga.
Beberapa foto yang berhasil diabadikan pada kegiatan Latihan Gabungan:

Cekidot Goa


Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic

Cekidot Tim LatGab


Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Cekidot Luar Goa Batu Hapu


Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Coret-coret Tangan Jahil (Parah)


Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic

Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 Juni 2010

Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh setiap tanggal 5 Juni merupakan momen dimana setiap manusia yang ada di dunia ini mesti menyadari akan pentingnya kelestarian alam agar selalu tetap terjaga. Isu-isu lingkungan seperti pemanasan global dan perubahan iklim dunia merupakan topik yang harus ditindak lanjuti, jangan hanya menunggu dari pihak-pihak tertentu untuk menyelamatkan bumi dari kehancuran, mulailah dari diri kita sendiri, lakukanlah hal-hal kecil yang bermanfaat untuk lingkungan dengan menanam 1 pohon atau membiasakan untuk tidak membuang sampah yang tidak terurai oleh tanah dengan sembarangan, hal ini dapat dilakukan misalnya di sekitar rumah, sekolah, kampus, perkantoran, dll. Mulailah membiasakan dari sekarang untuk melakukan sedikit aksi demi menjaga kelangsungan bumi yang kita tinggali, agar tahun-tahun berikutnya kita tidak lagi mendengar adanya hujan es yang terjadi di wilayah tropis, naiknya debit air laut, mencairnya Es di Kutub Utara dan Kutub Selatan, iklim yang tidak menentu dan masih banyak lagi... Renungkanlah bahwa hari ini dan seterusnya kita hanya mempunyai tempat yang satu untuk kita tinggali yaitu bumi,, oleh karena itu jagalah kelestarian nya.. Seluruh Keluarga Besar Mapala Apache Mengucapkan Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia 5 juni 2010.

Jagalah Hutan Kalimantan yang tersisa

Loksado, ya Loksado, bagi saya kawasan tersebut adalah salah satu kawasan terbaik yang dimiliki Kalimantan Selatan, disekitar loksado terdapat beberapa desa yang sangat sayang untuk tidak dikunjungi, beberapa desa tersebut antara lain Haratai, Malaris dan Loa Panggang, disana anda kita mendapatkan keramahan penduduk lokal yang juga merupakan warga dayak meratus, keramahan mereka akan menambah keindahan dan keelokan kawasan loksado yang juga termasuk kedalam kawasan Pegunungan Meratus.

Dikawasan tersebut terdapat aliran sungai amandit yang bening dan tidak pernah berhenti mengalir, seakan mengatakan kepada kita “jagalah kami selalu, dan jangan pernah rusak hutan kami”, diwasan terebut juga terdapat beberapa buah air terjun yang sangat menyejukkan hati, yang akan menghilangkan kepenatan dunia perkotaan yang pengap dan berdebu.

Loksado merupakan kawasan yang terletak di kabupaten Hulu Sungai Selatan, loksado berjarak sekitar 150 KM dari kota Banjarmasin, atau sekitar 130 KM dari kota Banjarbaru, apabila perjalanan menggunakan sepeda motor dari banjarbaru perjalanan akan memakan waktu sekitar 4 jam maka kita akan sampai ke loksado dengan menghabiskan bensin sekitar 4 liter. Untuk dapat sampai kesana anda tidak perlu takut nyasar soalnya banyak penunjuk jalan untuk dapat sampai keloksado atau paling gampang setelah sampai ke kota kandangan anda dapat bertanya dengan siapa saja yang anda temui disana kemana arah menuju loksado.

Untuk dapat sampai keloksado, kita juga dapat menggunakan angkutan umum, kita bisa naik taksi colt kekandangan kemudian dilanjutkan dengan naik angkutan pedesaan untukl dapat sampai keloksado. Ongkos taksi colt dari banjarbaru ke kandangan sekarang ini sekitar Rp. 30.000,- untuk dapat lebih gampang menemukan angkutan pedesaan yang menuju loksado, maka kita dapat meminta kepada pak supir taksi colt yang kita naiki untuk minta kita diturunkan diterminal tempat angkutan pedesaan yang menuju ke loksado berkumpul, setelah itu kita dapat melanjutkan perjalanan keloksado dengan menggunakan angkutan pedesaan tersebut, sekarang ini ongkos angkutan pedesaan ke loksado sekitar Rp. 10.000,- s/d Rp. 15.000,-.

Dalam perjalanan dari kota kandangan menuju loksado kita dapat menikmati pemandangan al
am pegunangan, di kanan-kiri kita dapat melihat hamparan pegunungan yang hijau yang sangat menyejukkan untuk dilihat, dan sesekali kita dapat menjumpai perkampungan-perkampungan kecil penduduk sekitar. Kota kandangan dan loksado berjarak sekitar 20 KM, dengan rute perjalanan khas kawasan pegunungan, kita juga dapat menikmati serunya perjalanan turun naik bukit dan pegunungan, tapi kita tak perlu khawatir soalnya kondisi jalan yang akan dilalui masih lumayan bagus, walaupun agak sedikit berbahaya apalagi kalau kita tidak perhati-hati dan dengan seenaknya memacu kendaraan kita, kalau kita tidak hati-hati maka bersiaplah untuk menanggung resiko.

Ditengah perjalanan antara kandangan-loksado, kita dapat beristirahat sebentar di desa Muara Tan
uhi, sembari menikmati kehangatan pemandian air panas yang ada didesa tanuhi. Disana terdapat beberapa kolam renang yang salah satunya adalah kolam air panas, air panas tersebut berasal dari sumber yang berada pegunungan disekitar muara tanuhi, Disana juga disediakan beberapa buah penginapan, setelah kita puas bermain di pemandian air panas di desa muara tanuhi, kita dapat melanjutkan kembali perjalanan kita menuju loksado yang berjalar sekitar 10 menit perjalanan dari muarai tanuhi.

Sesampainya diloksado dan kita ingin bermalam di loksado, kita tidak perlu khawatir soalnya diloksado sekarang ini sudah terdapat sebuah penginapan dengan tarif sekitar Rp. 150.000,- namun apabila anda keberatan dengan tarif tersebut, anda dapat bermalam di rumah penduduk yang ada didesa loksado, atau anda juga dapat bermalam di sebuah pondok di desa malaris, masyarakat sekitar menyebut pondok tersebut dengan nama Pondok Informasi Mangkuraksa.

MAPALA APACHE feat PDAM Banjarbaru


Cerita Ini agak Sedikit menggelitik klo di denger,,,,,,ada kesan luchu di setiap ceritanya,,,,,,,mau denger,.,>?????ntar,...,.,,.sabar dulu,,,ntar q ceritain kok,.,...,.,Santai Ajah.,,,hahahahahaa..,.,.,

gini ceritanya,,,,sekitar bulan Maret,,kita anggota Mapala Apache Stimik Banjarbaru neh,,,punya keinginan buat beli alat,,,lah pas itu kan ga ada dana sama sekali.,,,dari iuran anggota juga rasanya ga memungkinkan neh,,,,,gak tau mesti gimana,.,???mau Cari donatur(ce ile donatur,,.,.????)tapi ga tau siapa,.,.???mau cari sukarelawan pas musim krismon,.,.mana orangnya ELIT semuanya,,,Ekonomi Sulit Maksudya,.,,hhehehhe,,,terus mencari",.,.,.

gak tau ada angin apa neh,,,,.pas sehari kemudian ada tawaran dari PDAM untuk melakukan survey buat merekap data pelangan maupun non pelanggan PDAM,.,.,.muter" kesana kemari.,,,.,.ga kenal lelah,.,.,.pantang mundur.,,.pantang malu es pokoknya,,.,.,.,.hari" penuh capek,,,,,,penuhkeringat bercucuran.,,..,,heheh,,tapi demi satu tekat kita bulatkan demi satu tujuan,Bolder,,,,Cernmantel,,,,,alat yang kita inginkan harus dapet pokokya,,,,,,

semoga dengan kerjasama ini ada kerjasama yang akan menyusul di kemudian hari,,.,.,.,.
aMinnnnnnnnnnn

MendaKI guNung Merapi Begitu Murah Begitu Mudah

Gunung Merapi (2.968 m.dpl) terletak di 2 provinsi, di Jawa Tengah dan Jogjakarta. Gunung merapi terletak berdampingan dengan Gunung merbabu. Gunung merapi adalah salah satu gunung api yang mempunyai daya rusak yang tinggi dan paling aktif diantara sekian banyak gunung api yang terletak di Indonesia serta merupakan salah satu gunung terganas di dunia. Nama puncaknya adalah puncak Garuda, yang merupakan bongkahan batu besar dengan bentuk mirip burung garuda. Salah satu ciri khas dari Gunung Merapi adalah pada saat terjadi letusan menghasilkan awan panas (glowing avalanches), yang oleh penduduk setempat disebut Wedus Gembel (sejenis kambing Jawa), awan panas ini mempunyai suhu sekitar 1.000 °C yang turun berbentuk bulatan keriting mirip kambing.

Ciri khas lain dari Gunung Merapi ini adalah pembentukan kubah lava yang bisa mencapai ratusan meter kubik perhari, yang terbesar jumlahnya sepanjang sejarah terjadinya letusan gunung berapi didunia. Letusan besar terakhir terjadi pada akhir tahun 1993 yang menyebabkan puluhan penduduk disekitar lereng meninggal karena diterjang lahar panas dan awan Panas.
Walau begitu, gunung ini hampir tidak pernah sepi dari pendaki, bahkan pada hari minggu banyak sekali pendaki yang datang. Untuk mencapai puncak Gunung Merapi kita bisa melewati dua jalur utama, lewat Kinaharjo/Kaliurang dan lewat Selo/Boyolali, tetapi Jalur pendakian Kaliurang di tutup sementara sejak Bulan Nopember 1995.

Jalur Selo
Untuk mencapai Desa Selo, kita bisa naik bus atau kereta dari daerah anda menuju Jogja atau Solo. Anda yang berdomisili di Jakarta bisa naik kereta dari stasiun senen, tanah abang, atau gambir. Untuk kereta, ada kereta progo dengan tarif 35.000 rupiah menuju stasiun lempuyangan, Jogja. atau kereta senja utama dengan tarif 120.000 sampai Solo. Atau jika memilih menggunakan bus, kita bisa naik bus jurusan Solo dengan tarif 75.000- 120.000, turun di terminal boyolali. lalu naik bus mini jurusan selo di depan terminal, dengan tarif sekitar 3000 rupiah (tahun 2009) sampai pasar cepogo. dari pasar cepogo dilanjutkan lagi dengan bus mini menuju desa selo dengan tarif sama.
Jika dari Kota Yogyakarta kita naik bus menuju ke Magelang, turun di Desa Blabak, dan dilanjutkan naik minibus atau kendaraan barang ke jurusan Selo. Sebaiknya diperhatikan, diatas pukul 17.00 WIB kendaraan dari Blabak ke Selo mulai jarang beroperasi. Sebenarnya Selo lebih mudah dicapai dari arah Solo-Boyolali, karena dari Boyolali, ada angkutan yang langsung menuju Selo.
Desa Selo (1.560 m.dpl) saat ini menjadi gerbang pendakian utama. Desa Selo terletak dipelana Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Desa ini mempunyai panorama alam yang indah karena letaknya yang strategis. Penduduk desa ini sebagian besar bertani sayuran dan tembakau. Di desa ini juga terdapat tempat wisata gua yang mempunyai tempat pertapaan, terletak 300 meter dari Pos Polisi Selo.

Setelah tiba di gerbang desa selo, kita meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki menuju Basecamp pendaki di dusun Plalangan dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. jalan yang kita lalui berupa jalan aspal yang cukup menanjak. lumayan, sebagai pamanasan sebelum pendakian yang sebenarnya. Ditengah perjalanan anda akan melewati sebuah pos kecil mirip pos hansip, dimana anda bisa melaporkan pendakian anda dengan biaya retribusi pendakian gunung merapi sebesar 2500 rupiah. Sepanjang perjalanan kita akan melewati rumah2 dan ladang penduduk. Saya selalu terkesan setiap kali melewati perkampungan di kaki gunung, terutama di jawa tengah. Saya selalu menyebutnya keramahan Khas Jawa tengah.

Basecamp atau Pondok pendaki, adalah sebuah rumah dimana terdapat ruang aula yang cukup luas untuk menampung pendaki yang ingin beristirahat, baik sebelum atau setelah melakukan pendakian. Tempat ini dapat menampung sekitar 30 0rang pendaki dan bisa dikenali dengan sebuah plang bertuliskan BASECAMP PENDAKIAN GUNUNG MERAPI dan sebuah toko suvenir didepannya. Menurut keterangan penghuninya, ini adalah basecamp baru, pindahan dari basecamp lama yang berada dibawahnya. ditempat ini anda bisa beristirahat sejenak dan packing ulang perlengkapan pendakian. Selain itu, anda juga bisa membeli suvenir berupa pernak - pernik gunung merapi, seperti Stiker, Gantungan Kunci, Pin, kaos bergambar gunung merapi, dan sebagainya dengan harga 3000 - 50.000 rupiah. Anda bisa mempersiapkan perbekalan air dari sini, karena sepanjang pendakian, anda tidak akan menemukan mata air.
Dari basecamp, perjalanan dilanjutkan menuju Joglo dengan jalur masih berupa jalan aspal yang menanjak dengan waktu tempuh kira-kira 10 menit. Joglo adalah sebuah bangunan berbentuk rumah joglo yang biasa digunakan pengunjung untuk menikmati pemandangan sekitar. Anda bisa memandangi eloknya gunung merbabu dengan jelas dari tempat ini.

Tempat ini sudah terlihat dari jalan raya karena terdapat sebuah baliho atau tulisan besar yang bertuliskan NEW SELO. sekilas tampak seperti lambang Hollywood di Amerika sana. saya sempat tersenyum saat melihat baliho tersebut, kreatifitas yang tinggi dari pembuatnya. Disini juga terdapat tempat parkir yang dapat menampung hingga 6 buah mobil, dan beberapa buah warung yang menjual makanan dan minuman ringan. warung2 ini hanya buka sampai sore hari, terkecuali pada saat musim pendakian.
Dari Joglo, anda bisa melanjutkan perjalanan jalan setapak kecil yang berada disamping tempat ini menuju pos Tugu I. jalur yang akan anda lewati masih didominasi ladang penduduk dengan medan batuan kecil dan tanah yang pada musim kemarau akan sangat berdebu. Jika anda melakukan pendakian pada musim kemarau, sebaiknya anda menggunakan masker dan baju berlengan panjang. Banyak terdapat percabangan jalur di sepanjang trek pendakian, tapi berujung pada jalur yang sama. terserah anda memilih mana jalur yang kira2 nyaman untuk dilewati. Di Pos Tugu I ini terdapat sebuah tugu yang letaknya berada di sebuah punggungan, tingginya sekitar 1,5 meter.

Dari Pos I Perjalanan dilanjutkan menuju Pos Tugu II, dengan jalur yang curam dan penuh bebatuan besar. perjalanan menuju pos ini memerlukan waktu sekitar 1,5 - 2 jam. Di pos ini juga terdapat sebuah tugu, sama seperti di pos sebelumnya. dari sini anda tinggal memerlukan waktu sekitar 1 jam untuk menuju pasar bubrah. medan pendakian masih serupa dengan medan pendakian sebelumnya. menjelang pasar bubrah anda akan melewati sebuah beberapa memoriam yang berada pada sebuah dataran yang menjadi puncak sebuah punggungan. dari sini anda tinggal turun menuju pasar bubrah.Pasar bubrah berada pada sebuah lembahan yang dipenuhi batu - batu besar yang berserakan. dari sini terlihat 2 buah puncak. disebelah kiri anda adalah jalur menuju kawah woro.

Dan di hadapan anda adalah jalur yang menuju ke puncak garuda. dari pasar bubrah menuju puncak garuda memerlukan waktu sekitar 1 jam dengan jalur yang sangat curam. medan yang anda hadapi adalah batuan vulkanis yang mudah longsor. sebaiknya anda berhati - hati karena angin kencang bisa datang setiap waktu. begitu juga dengan bahaya longsoran batu yang mungkin terinjak oleh pendaki diatas anda.
pendakian dari selo menuju ke puncak gunung merapi memakan waktu 5-6 jam dan turunnya membutuhkan waktu 3 - 4 jam per jalanan.
Pemandangan di Puncak Garuda sangat menakjubkan sekaligus mengerikan, gemuruh kawah dan asapnya serta tebing batu di sekitar kawah nampak menyeramkan. Tetapi dari puncak ini kita bisa saksikan kota-kota di kaki-kaki gunung seperti Yogyakarta, Boyolali dan Magelang, pesisir Lautan Hindia di kaki langit. Kalau beruntung, kita bisa menyaksikan matahari terbit yang kemerahan diufuk timur yang merupakan panorama alam yang sungguh menakjubkan.
Untuk pendakian 2 (dua) gunung sekaligus (Climbing party), biasanya jalur yang dipakai adalah Kopeng - Puncak Merbabu - Selo - Puncak Merapi dan kembali ke Selo.


Bila terjadi keadaan darurat leat Jalur Selo, kita bisa menghubungi petugas Vulkanologi dan Polsek Selo, juga perangkat desa setempat dan diJalur Kaliurang kita bisa menghubungi pos Vulkanologi di Plawangan atau Pak Christian Awuy di Vogel Hostel yang merupakan Pos SAR Gunung Merapi, perlu dihubungi juga MAPAGAMA dan PALAPSI di kampus UGM, Bulaksumur, Yogyakarta.
Untuk Info contact akan saya update secepatnya, termasuk nomor kontak beberapa pemandu jika anda ingin menggunakan jasa guide yang bisa mengantar anda mencapai puncak gunung merapi.
Selamat Mendaki, dan tetap ingat 3 perkara.
Leave nothing but trace..
Kill nothing but time..
take nothing but picture..
Salam Pendaki..
Salam Pemuda Indonesia..

Sebuah Eksotika Air Terjun (Rampah) Menjangan, Loksado

Sungguh mahakarya luar biasa yang di anugrahkan Tuhan kepada bumi Loksado. Betapa tidak air terjun dengan ketinggian sekitar 25 meter ini sangat menakjubkan, dengan hempasan airnya yang sangat deras, membuat rasa lelah hilang seketika setelah berada di bawah air terjun. Anggota Mapala Apache telah melakukan perjalanan ke air terjun tersebut tanggal 29 Februari 2010. Untuk mencapai lokasi air terjun (rampah) Menjagan di butuhkan waktu sekitar 3 jam perjalanan, dari Desa Loksado, perjalanan dilanjutkan ke Desa Malaris kemudian ke Desa Loapanggang yang dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda 2. Dari Desa Loapanggang dilanjutkan berjalan kaki, 1 jam pertama medan tidak begitu sulit, ketika mencapai 2 jam berikutnya, medan terasa menantang dengan mengarungi sisi air terjun kecil dibawahnya dan melalui medan dengan kemiringan 45 derajat, terdapat 3 air terjun sebelum mencapai tujuan, yaitu air terjun Lambin, Pemandian Anggang dan Jelatang, perjalanan dilanjutkan dengan mendaki anakan bukit dan berjalan di sepanjang punggung bukit. Medan terasa berat ketika hendak mencapai air terjun (rampah) Menjangan, diperlukan kekuatan fisik dan ketahanan tubuh dalam melalui medan ini,, setelah melalui perjalanan yang menguras emosi dan fisik, tibalah di tempat tujuan, rasa lelah itu hilang seketika setelah melihat betapa indahnya suasana air terjun yang masih asri dikelilingi lebatnya hutan pegunungan Meratus. Menyejukkan dan menentramkan pikiran, perjalanan yang luar biasa.