Perkataan Hati

Alammu-Alamku

Sungguh sebuah anugrah yang luar biasa yang diberikan oleh sang maha pencipta kepada kita, tanpa kita pinta kita dapat hidup didunia yang seindah ini, terhampar luas jutaan hijau dedaunan, hamparan luas sepanjang mata memandang, kita nikmati tanpa kita sadari, belaian angin suci tanpa asap tanpa polusi, kita hirup seakan menghilangkan dahaga hati akan kedamian, ribuan kicauan burung seakan memuji tuhannya, terdengar indah dan merdu. Selalu terbesit pertanyaan “Siapa Aku”.

Gemercik air, putih, bersih, mengalir, kemarin, hari ini, sekarang, esok, lusa, siapa yang mengalirkan, bukan aku, bukan kamu, bukan dia juga bukan kalian, jadi siapa aku, siapa kamu, siapa dia, juga, siapa kalian.

Pegunungan Meratus

Pegunungan Meratus merupakan kawasan hutan alami yang tersisa di Propinsi Kalimantan selatan, terbentang dari arah tenggara sampai Utara berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Timur.

Pegunungan Meratus berupa daerah yang berbukit-bukit dengan berbagai formasi ekosistem, sebagian besar kawasannya masih ditutupi oleh hutan, mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi yang didominasi oleh formasi hutan dipterocarpaceae dan hutan hujan pegunungan serta tutupan hutan yang cukup tinggi. Secara administratif, kawasan ini mencakup 10 dari 13 Kabupaten di Propinsi Kalimantan Selatan, yaitu : Kabupaten Tabalong, Balangan, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin, Banjar, Tanah Laut, Tanah Bumbu, dan Kota Baru, sebagian yang lain termasuk wilayah Propinsi Kalimantan Timur.

Semua wilayah adminsitratif yang ada di Propinsi Kalimantan-Selatan tersebut sangat bergantung kepada kondisi kesehatan kawasan pegunungan Meratus, diantaranya sebagai daerah tangkapan air yang vital untuk pertanian, industri, sumber energi, sumber air minum dan kebutuhan domestik lainnya.

Lebih lanjut, nilai penting lainnya dari Pegunungan Meratus adalah sebagai Menara Air (water tower) alami, yang mempunyai peranan sangat vital sebagai sistem peyangga kehidupan dan daerah tangkapan air dari beberapa DAS yang merupakan sumber air bagi daerah bawahannya.

Pegunungan Meratus juga menyimpan potensi keanekaragaman hayati yang sangat menarik, kekayaan Flora dan Fauna Pegunungan Meratus tidak perlu diragukan, hamparan pegunungan yang luas serta hutan yang masih sehat menjadi habitat yang baik bagi ratusan jenis Fauna, seperti burung, mamalia serta ribuan jenis serangga. Selain itu di Pegunungan Meratus terdapat ribuan jenis tumbuhan yang tumbuh bebas di kawasan tersebut.

Kawasan Pegunungan Meratus juga merupakan rumah dari suku Dayak Meratus, dimana pada umumnya mereka berdiam dalam kelompok-kelompok kecil yang berpusat pada sebuah rumah kelompok yang biasa mereka sebut dengan Balai. Dengan kearifan yang dimiliki, masyarakat Dayak Meratus secara turun temurun menjadi penyangga kelestarian kawasan Pegunungan Meratus, namun demikian, keberadaaan mereka sering diabaikan dan dimarginalkan secara politik.

Salah satu kearifan masyarakat Dayak Meratus adalah pembagian zona tradisional mereka, yang biasa disebut dengan Pemintakatan, ada lima tipe zona pemintakatan yang mereka berikan, yaitu Perkampungan, Lahan pertanian dan Perkebunan, Jurungan Muda, Jurungan Tuha dan Katuan. Semua zona-zona tersebut diatur dengan sebuah peraturan adat yang harus meraka hormati, seperti pada pemintakatan Katuan, semua masyarakat tidak diperbolehkan menebang, mengambil ataupun menggangu gugat setiap tumbuhan dan setiap kekayaan yang ada di kawasan katuan tersebut.

Namun Pegunungan Meratus tersebut tidak lepas dari adanya ancaman atau gangguan terhadap kawasan Pegunungan Meratus tersebut. Ancaman dan gangguan tersebut berpotensi merusak tatanan ekosistem kawasan pegunungan Meratus, khususnya ancaman dari luar kawasan. Ancaman terbesar dari kelestarian kawasan Pegunungan Meratus tersebut diantaranya adalah penambangan dan HPH baik yang legal maupun ilegal.

Rock Climbing

Mungkin sebagian orang agak awam dengan kata-kata Rock Climbing (panjat tebing), namun pada masa kecil dulu Barangkali kita masih ingat, alangkah gembiranya kita bermain, memanjat tembok, pohon-pohon, atau batu-batu besar, di mana kita tidak memikirkan resiko jatuh dan terluka, yang ada adalah rasa gembira, itulah kegiatan-kegiatan penjat semasa kita kecil.

Sebenarnya kegiatan Rock Climbing tidak jauh dari itu panjat memanjat tersebut, namun kali ini yang kita panjat adalah tebing-tebing pegunungan ataupun tebing-tebing bebatuan. tebing tersebut kita panjat dengan memperhitungkan resiko yang akan didapat sekaligus kemampuan yang kita miliki. namun terkadang resiko bukan merupakan halangan untuk melakukan Rock Climbing tersebut. mengingat besarnya resiko yang dihadapi bahkan anak kecil pun tahu apa resiko yang akan kita dapatkan apabila kita mengalami kecelakaan dalam kegiatan pemanjatan tersebut.

Dimasa sekarang ini tidak sedikit kalangan yang menyukai kegiatan Rock Climbing ini, baik itu dari kalangan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi kepencintaalaman maupun dari kalangan masyarakat biasa.

Bagi orang-orang yang hobby dengan kegiatan Rock climbing ini, kegiatan tersebut sangatlah mengasyikkan, semakin besar resiko yang dihadapi semakin besar pula kenikmatan yang didapatkan. jengkal demi jengkal tebing dinaiki, jari-jemari satu persatu memegang erat tebing-tebing keras, bebatuan yang menjadi teman dan tumpuannya, kaki-kaki pun saling bahu membahu menjaga pijakan ditebing-tebing cadas, dengan segala dan semua kemampuan yang dimiliki menaklukkan tebing-tebing yang tersenyum. Ketika tangan telah bersalaman dengan puncak tujuan, dengan serta merta kepuasan menghampiri, senyum teman-teman pun menyambut. "Satu lagi puncak telah di jajaki".

Asyiknya Birdwatching

Dengan dua senjata andalan Binokular Bussnell dan Field Guide McKinnon, dibantu dengan satu Monokular dan Triput, teman-teman dari Mapala Apache berangkat kekawasan Tahura (Taman hutan raya) Sultan Adam Mandiangin, Kab. Banjar. Kebetulan hari itu adalah hari minggu, teman-teman lagi libur dari rutinitas perkuliahan.

Pagi-pagi teman-teman sudah berangkat agar sekiranya sampai tujuan tidak terlalu siang, sebab burung-burung sangat aktif beraktivitas dipagi hari. Sebelum sampai pintu gerbang Tahura teman-teman sudah disambut beberapa jenis burung, diantaranya adalah Pitta sordida yang lewat dihadapan teman-teman.

Dengan santai teman-teman berjalan, tidak jarang binocular mereka terhenti pada satu objek buruannya, mereka sedang menikmati keindahan serta tingkah laku para burung-burung buruan mereka. Gerakan, kicauan, tingkah laku, semua aktivitas burung sangat menarik untuk diamati.

Tanpa terasa hari sudah mulai siang, aktivitas burung sudah mulai berkurang, namun Binokular teman-teman ternyata masih tetap beraktivitas mencari objek buruan, satu-dua jenis burung masih terlihat walaupun tidak sebanyak dipagi hari.

Jenis-jenis burung yang pernah dijumpai selama melaksanakan kegiatan Birdwatching dikawasan Tahura Sultan Adam (terbatas pada Zona pemanfaatan untuk wisata alam, mandiangin)

  • Bondol Kalimantan
  • Bondol Pecking
  • Bubut alng-alang
  • Burung madu kelapa
  • Burung madu sepah raja
  • Burung madu sruganti
  • Cabai bunga api
  • Cabai jawa
  • Cabak kota
  • Celepuk reban
  • Cinenen kelabu
  • Cinenen merah
  • Cucak kutilang
  • Delimukan zamrud
  • Elang bondol
  • Elang hitam
  • Julang emas
  • Kirik-kirik biru
  • Kucica kampong
  • Merbah cerukcuk
  • Merbah mata merah
  • Paok hijau
  • Perenjak rawa
  • Pijantung kampong
  • Raja udang meninting
  • Srindit melayu
  • Takur warna-warni
  • Tapekong jambul
  • Tapekong rangkang
  • Walet palem asia
  • Wiwik uncuing
  • Ciung air pongpong

Daftar Nama Anggota Mapala Apache Angkatan-2

Angkatan ke dua Mapala Apache berjumlah dua (2) orang, dengan kode TR yang artinya Trojan, Trojan diambil dari nama sebuah virus komputer bernama Trojan Horse.
Angkatan Kedua:
1. Nama: Ary
    No. Reg: M-APC.09/II/009/TR
2. Nama: Lucas Wijaya Kusuma
    No. Reg: M-APC.09/II/010/TR